Minggu, 25 Desember 2011

" Sajak Matahari "

karya: Arieyoko Bodjonegoro

Sajak kita adalah sajak peperangan
mengasah pisau dan parang
membabat hati dan semua persinggahan.

Sajak kita adalah sajak pancuran,
bening bergemricik, lindap dan wangi
menyeberangi hari waktu kisah juga embun
mencatat manusia yang lumat
diterjang nafsi-nafsi
digempur mimpi.

Sajak kita bukan sajak hati
yang hanya bicara cinta, suka-suka atawa
kesemrawutan welas asih yang telah berupa wujud
sebagai tanda-tanda matinya keluhuran
pada jiwamu
bukan jiwaku.

Sajak kita memang beda
dan memang tak perlu sama,
sebab sorga kita juga
yang menatahnya.

Jonegoro,
10 Muharam 2011
 Beliau adalah salah satu sastrawan favorit saya. Senang rasanya bisa di-tag langsung oleh beliau di fb untuk sajak ini. Kemudian saya bertanya-tanya pada diri sendiri, "kapan mau nulis lagi?" Sudah lama ide-ide saya mengendap tanpa dituliskan. Kegamangan antara menulis fiksi dulu atau non-fiksi dulu harus segera diakhiri. Saya sudah lama sekali tidak menulis fiksi. Untuk itu saya sedang memaksa diri untuk membenturkan ide-ide saya dengan hal-hal yang berbau dengan karya-karya fiksi. Mengapa seringkali kalau menulis cerpen selalu berhenti di tengah-tengah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar