Senin, 17 November 2014

Catatan Kajian Tauhid Masjid Nabawi (4) TAFSIR QS. AL KAHFI (1)


Ustadz Firanda Andirja, Lc, M.A. (Mahasiswa Jurusan Aqidah Kuliah Da’wah dan Ushuluddin Universitas Islam  Madinah)
19 September 2014

# TAFSIR QS. AL KAHFI (18) #


Rasulullah memberikan perhatian khusus untuk surat ini. Banyak keutamaan dari surat Al Kahfi.
-          Barangsiapa menghapal 10 ayat pertama QS. Al Kahfi dia akan dilindungi dari fitnah Dajjal
-          Baca ketika hari Jumat, maka Allah akan liputi ia dengan cahaya selama pekan itu. Barangsiapa membaca QS. Al Kahfi pada hari Jumat, keluar cahaya dari hatinya hingga menjulang energinya di akhirat kelak
Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah dan membaca ayat-ayatnya serta mempelajarinya, melainkan Allah akan karuniakan ketenangan padanya.
QS. Al Kahfi berisi mengenai kisah-kisah, di antaranya:
-          Kisah para pemuda yang tidur di gya selama 300 tahun lebih.
-          Allah karuniakan kebun kepada orang yang tidak bersyukur, kemudian kebun itu musnah.
-          Pertemuan antara Nabi Musa dan Nabi Khidr.
-          Kisah Dzulkarnain
Seluruh kisah dalam Al Quran adalah kisah nyata. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad, “Wahai Muhammad, sampaikanlah kepada mereka kisah-kisah supaya mereka berpikir.” Karena di balik kisah-kisah tersebut ada faedah-faedah. Pada kisah-kisah sebelum mereka ada pelajaran untuk orang-orang yang cerdas
Asbabun Nuzul QS. Al Kahfi
Orang-orang musyrikin Arab saat itu berupaya untuk menghentingak dakwah Rasulullah SAW. Mereka kemudian mengutus orang ke seorang Yahudi untuk bertanya mengenai bagaimana caranya menghentikan dakwah Rasulullah. Kondisinya adalah mereka (musyrikin Arab dan Yahudi) sama-sama tidak suka dengan dakwah Islam. Orang Yahudi tersebut kemudian memberikan saran untuk menanyakan tiga perkara kepada Rasulullah SAW. JIka beliau bisa menjawabnya, maka dia adalah benar-benar seorang Rasul.
Ketiga pertanyaan tersebut antara lain:
1.       Bagaimana kabar sekelompok pemuda yang keluar di pagi hari
2.       Bagaimana kabar pengembara yang sampai dari timur ke barat
3.       Apa itu hakikat ruh
Para kafir Quraisy sangat senang dengan hal tersebut karena teka-teki ini sulit. Mereka yakin Rasulullah tidak dapat menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan itu menjebak karena sangat umum dan selama ini mereka kesulitan untuk mematikan dakwah Rasulullah. Saat ditanyakan kepada Rasulullah, Rasulullah kemudian berjanji akan menjawabnya besok untuk menunggu turunnya wahyu, tapi lupa bilang “in syaa Allah”.
Setelah 15 hari baru turun QS. Al Kahfi. Semua jawaban untuk pertanyaan no. 1 dan no.2 ada di QS. Al Kahfi. Allah juga mengajarkan adab dalam berjanji yaitu adab in syaa Allah. Sedangkan pertanyaan tentang ruh jawabannya ada di QS. Al Isra’ bahwa tentang ruh, hanya Allah yang tahu. Kita hanya diberi sedikit.
Pada ayat pertama Allah memuji diri-Nya yang telah berikan nikmat terbesar bagi manusia yaitu Al Quran, sebagai bimbingan yang lurus. Al Quran berisi kabar gembira (bisyarah) dan peringatan. Yaitu peringatan untuk orang-orang yang mengatakan bahwa Allah mempunyai anak. Ada tiga golongan yang mengatakan bahwa Allah itu mempunyai anak. Siapakah mereka itu?
1.       Nasrani, yang mengatakan bahwa Isa adalah putra Allah.
2.       Yahudi, yang mengatakan bahwa Uzair adalah putra Allah. Hal ini terjadi saat kejadian Taurat yang hilang dan hanya Uzair yang mampu mentafsirkannya kembali.
3.       Musyrikin Arab, mereka mengatakan bahwa malaikat itu putri-putri Allah. Maka Allah katakan bahwa itu adalah pembagian yang tidak adil. Padahal musyrikin Arab tidak suka dengan anak perempuan. Anehnyamereka sendiri mengatakan malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah.
Tidak ada ilmu bagi mereka untuk mengatakan hal ini. Yang keluar dari mereka adalah murni kedustaan yang besar. Allahu ahad!
Pernah ada perkataan dari orang filsafat, “Apakah Allah bisa menciptakan semacam Allah?” Ini adalah pertanyaan yang tidak masuk akal. Seperti ketika orang menanyakan bisakah turun ke atas atau naik ke bawah? Allah Sang Khaliq, Allah Maha Pencipta, tidak diciptakan.
Pada ayat ke-6 Allah menghibur Rasulullah atas kesedihannya. Kau tak perlu bersedih ya Muhammad, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya sementara kemudian kamu akan dikembalikan kepada kehidupan akhirat yang kekal. Kesedihan yang berlebihan adalah dari syaitan. Jika orang yang beriman sedih berlebihan, banyak kebaikan yang kemudian dia tinggalkan.
Mulai ayat 9, Allah ceritakan tentang kisah penghuni gua sebagai tanda kebesaran Allah yang sangat menakjubkan. Masih banyak kisah-kisah menakjubkan yang Allah turunkan di samping kisah pemuda yang tidur 300 tahun lebih itu. Siapakah para pemuda itu? Pengikut nabi siapakah mereka itu? Dalam tafsir Ibnu Katsir mereka adalah pemuda bangsawan kaya raya dan mereka adalah pengikutnya Nabi Musa. Kisah ini juga dibawa oleh para pendeta Yahudi. Pada masa itu, mereka hidup di jaman Raja Daknius yang menyuruh rakyatnya untuk berbuat kesyirikan. Suatu waktu mereka dan seluruh warga pergi ke padang untuk acara penyembahan berhala. Pada saat acara berlangsung ada beberapa pemuda yang masih dijaga fitrahnya oleh Allah keluar dari kaumnya secara diam-diam dan mereka berdiam diri di bawah pohon. Satu per satu mereka bergabung di bawah pohon itu. Kemudian mereka saling bertanya, “Mengapa kalian ke sini?”
“Saya tidak menyukai kesyirikan.”
Mereka pun merasakan perasaan yang sama dan bersepakat untuk membangun tempat ibadah untuk mereka sendiri. Lama-lama aktifitas para pemuda itu terdengar oleh warga. Mereka kemudian menjadi perhatian masyarakat karena cara ibadah mereka yang “berbeda” dengan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat. Mereka dianggap aneh. Sampai terdengarlah berita itu kepada sang raja hingga sang raja murka. Akhirnya mereka dipanggil oleh sang raja.
“Buka baju bangsawan kalian! Mengapa kalian berbuat demikian?”
“Kami tidak suka dengan kesyirikan.”
Mereka diberi waktu untuk berpikir pilihannya ada dua, yaitu kembali ke agama nenek moyang atau dirajam sampai mati. Mereka mengalami dilemma yang hebat. Sampai akhirnya mereka bersepakat memutuskan untuk lari ke goa.
Inilah mengapa sampai sekarang kebanyakan yang menerima dakwah adalah anak muda dibandingkan orangtua. Dalam tafsir Ibnu Katsir diceritakan bahwa di Makkah tidak banyak orangtua yang menerima dakwah nabi kecuali sedikit. Abu Bakar sebaya dengan nabi. Saat itu kurang lebih beliau berumur 40 tahun saat Muhammad diangkat sebagai nabi. 

bersambung...





Sabtu, 15 November 2014

Pesan dari Husen, Salem, dan Omar

Ini adalah sedikit pesan dari Gaza yang sempat tertangkap di catatan saya, 3 November kemarin di Masjid Nurul Ashri. Itu adalah salah satu masjid favorit saya...hehe...apalagi kalau Ramadhan (curcol).
Jadi kemarin kita kedatangan tamu istimewa dari Gaza. Mereka adalah para remaja keren yang di tengah kecamuk perang masih semangat menjaga Al Quran. Mereka ke sini untuk membagi semangatnya pada kita.
Sampai sekarang mereka percaya bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang tergerak untuk membuat markas penghapal Al Quran di Palestina. Itu lho yang kemarin sama Ustadz Yusuf Mansur dan Ustadz Salim A. Fillah ke sana untuk ikut acara peresmiannya. Tapi tidak lama diresmikan, tempat itu sudah dibom oleh orang-orang jahat menyebalkan bernama zionis israel atau apalah kata-kata paling jelek untuk mereka. (sebeeeelllll!)
Oya, ini saya ceritakan kembali pakai kata-kata saya sendiri ya, jadi jangan membayangkan ini adalah gaya bahasa yang mereka bertiga pakai. Hehe
Tentara israel itu mengebom tempat-tempat penting seperti rumah sakit, pemukiman, masjid, dan juga rumah tahfidz. Rumah tahfidz di Gaza kemarin diserang dengan tiga bom! Padahal satu bom saja bisa menembus kedalaman 10 meter. Israel benci pada Palestina dan negara-negara yang membantu Palestina. Jujur peperangan di Palestina bukanlah peperangan antar tentara, tapi peperangan masa depan! Mereka ingin memberangus generasi umat Islam terbaik. Sebelum perang mereka mengebom rumah-rumah. Kemudian setelah itu rakyat Palestina mengangkat bendera perang, "KAMI TAK AKAN PERNAH BERDAMAI DENGAN KALIAN!"
Apa sih yang sebenarnya terjadi dengan masyarakat Gaza?
Hampir setiap tahun mereka di bom tapi mereka sulit sekali untuk menyerah. Tidak mau menyerahkan diri. Ternyata karena sejak 60 tahun yang lalu, orangtua-orangtua mereka mendidik anak-anaknya untuk dekat dengan Al Quran, untuk menjadi penhapal Al Quran.
Kalau memang hanya tanah yang diinginkan oleh zionis israel, nyatanya kemarin yang dibom adalah masjid-masjid. Masjid-masjid yang dijadikan tempat para penghapal Al Quran, dengan tiga bom terbesar sehingga masjid luluh lantak, bukan dengan bom kecil, Selain masjid, ada markas tahfidz yang dibom, rumah sakit, dan lembaga-lembaga sosial yang dijadikan tempat untuk menghapal Al Quran. 
Peperangan yang terjadi adalah siapa yang bisa menguasai generasi masa depan di bumi Palestina.
Tapi mereka yakin, israel tidak akan pernah sukses! Yang diinginkan israel adalah agar anak-anak keluar dari masjid-masjid ke jalan raya, dari halaqah-halaqah ilmu ke tempat-tempat main. Tapi mereka tetap bersama Al Quran. 
Yang bikin mereka semangat untuk tidak menyerah pada israel adalah AL QURAN. Ketika Al Quran sebagai hakam, amaka Allah akan memberikan pertolongan-Nya pada kita. Mereka bertiga berpesan: "Benar-benar jagalah anak-anak bapak ibu sekalian. Jangan biarkan mereka lalai dengan pergaulan di sekelilingnya karena mereka adalah amanah."
Shalahudin Al Ayubi, sang pembebas Masjidil Aqsha, pernah dulu saat kecil ia main dijalan bersama teman-temannya. Kemudian ayahnya datang lalu memukulnya dengan pukulan keras tapi dia tidak menangis sama sekali. Ia berkata, 
"Saya dilahirkan dengan susah payah oleh ibu saya bukan untuk menjadi orang yang cengeng (orang yang mudah menangis), tapi untuk menjadi pembebas Al Aqsha!"
Mereka bertiga juga berpesan, "Didik anak dengan agama, untuk menjadi pembebas, pemimpin di masa mendatang!"
"Kami berdoa kepada Allah, semoga Allah menjaga Bapak Ibu sekalian, semoga Allah menjadikan anak-anak bapak ibu sekalian menjadi penghapal Al Quran."
Yang membuat saya terharu adalah saat sesi tanya jawab ada seorang pengelola SDIT di Jogja sengaja membawa murid-murid dan para gurunya dengan dua bus untuk bisa bertemu dan mendapatkan semangat dari mereka bertiga ke acara tersebut. Beliau juga bercerita kalau sebelumnya sudah menghubungi panitia untuk meminta satu jadwal agar mereka bisa berkunjung juga ke sekolah mereka, namun jadwal Husen, Salem, dan Omar sudah penuh akhirnya mereka menggunakan kesempatan itu untuk belajar dari mereka bertiga. Bagaimana agar menjaga semangat menghapal para murid dan di antara gurunya.
Saat itu mereka bertiga terharu dengan cerita bapak ini. Mereka terharu juga dengan semangat bangsa Indonesia yang selalu mensupport Palestina. Mereka sampai saat ini percaya bahwa Indonesia adalah negara yang paling terdepan membela Palestina. Huft...saya sendiri berpikir bantuan Indonesia saja masih seperti ini. Disuruh untuk menekan PBB saja masih susahnya minta ampun. Lalu di mana negeri-negeri muslim lain? Bahkan sampai detik ini Saudi Arabia yang di sana terdapat Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha saja masih bungkam! Mesir yang tadinya menjadi nadi utama kegiatan ekonomi Palestina, kini disandera oleh pemerintahan kudeta.

Jumat, 14 November 2014

Cerita Dari Tanah Haram

Ini saya cicil dulu video paling berkesan yaa
Ini adalah saat menuju jamarat dengan jalan kaki sekitar 7 kiloan sekali jalan. Jadi PP sekitar 14 kilometer. Kondisinya sangat panas, kalau rata-rata 45 derajat celcius di waktu siang. Ini adalah perjalanan menuju jamarat setelah lempar jumrah 'aqabah. Jumrah 'aqabah itu dilaksanakan sekali setelah mabit di Mudzdalifah dan sebelum tahalul awal.
Begitulah suasananya. Kondisi yang panas dan padat itu awalnya membuat saya sangat lelah, tapi setelah mendapati serombongan jamaah dari negara lain ini, mereka menggelorakan takbir dengan hentakan ala tentara gitu. Sontak semangat saya jadi ikut meletup-letup! Berasa di tengah-tengah pasukan Khaibar! :D

Kamis, 13 November 2014

Mempertanyakan Janji Bhisma

Setiap niat baik akan diuji kemurniannya. Setiap keputusan yang diambil akan diuji keteguhannya.

 Kemarin malam, saat Kurusetra berkecamuk dalam perang
Saat para Pandhawa panik dengan pasukan yang jauh berkurang
Saat kemudian Kresna dan Bhisma saling beradu murka
Seketika waktu berhenti. Kuruserta hening
Hanya ada mereka berdua yang berunding wicara
Bhisma...untuk siapa sumpahmu? 


Anu, saya sedang bingung mau nulis apa. Tadinya mau dibuat serius tapi kehilangan kata-kata begitu saja. Saya hanya teringat dengan percakapan Bhisma dan Kresna di Kurusetra kemarin malam. Kresna benar-benar marah pada Bhisma. Ia mempersalahkan Bhisma karena sumpahnya dulu yang membuat peperangan itu terjadi dan ada orang-orang yang terlukai.
Saat itu Kresna menuduh Bhisma terlalu egois dengan sumpah wadatnya. Dia tidak memikirkan akibat yang mungkin terjadi jika sumpah itu diambil dulu. Ia hanya memikirkan kebahagiaan untuk ayahnya. Keegoisannya untuk menolak jabatan sebagai seorang raja. Sementara Bhisma tidak mengerti apa yang dipermasalahkan oleh Kresna karena selama ini dia merasa telah berbuat sebenar-benarnya. Tak peduli bahwa ia telah menumpahkan banyak darah dan kesengsaraan untuk banyak orang karena sumpah yang telah ia ambil.
Saya jadi berpikir bahwa keduanya memang salah. Kresna yang padahal dia adalah seorang titisan dewa sangat mengherankan saya karena dia sendiri tidak bisa menerima takdir. Dia memprotes hal-hal yang sudah terjadi. Dia dalam kondisi ini seperti orang yang selalu mencari kambing hitam dari setiap kejadian. Tapi kemudian dia cukup gentle dengan memberi tawaran dua alternatif penyelesaian. Bhisma mengakui kesalahannya atau dia harus mati sebagai penebus kesalahannya.
Bhisma juga terlalu naif dengan dirinya. Dalam hal ini saya sedikit mengikuti pola pikir Kresna bahwa dia adalah orang yang tidak bisa menentukan prioritas dalam hidupnya. Prioritas pengorbanan. Maka apakah pengorbanan besar yang telah ia lakukan itu sia-sia? Tentu tidak ada yang bisa menjawabnya dengan pasti. Semua tergantung dari sudut pandang mana orang menilai. Memang benar ia meniatkan itu untuk tujuan yang mulia. Tapi apakah cara itu bisa dibenarkan dan apakah tujuan yang mulia itu memang benar-benar kebaikan dan kebenaran? Apakah bisa dibenarkan juga membenarkan sesuatu dengan mengorbankan sesuatu yang lebih besar? Kondisinya adalah saat itu Bhisma tidak tahu akibat yang akan terjadi di kemudian hari. Itulah takdir yang harus ia tempuh. Ya, itulah takdir yang sudah terjadi dalam kehidupannya.
Bisa jadi saat Amba menyapa kehidupannya, ia anggap itu sebagai ujian untuk keteguhannya akan keputusan yang telah ia ambil. Bahkan kemudian itu menjadi ujian keteguhan sepanjang hidupnya.
Maka kemudian kita akan kembali mengingat satu sosok wanita lagi, yang dijuluki Dewi Roro Amis. Ya. Dia yang mensyaratkan sesuatu yang berat untuk Bhisma dan ayahnya. Wanita. Betapa signifikan perannya dalam menentukan masa depan peradaban dunia. Maka kemudian Bhisma mengambil sumpah itu dengan dalih untuk berbakti kepada ayahnya. Saya lagi-lagi berpikiran ala Kresna, apakah baktinya itu berada dalam kebenaran? Adakah ia tidak memperhatikan keinginan ayahnya dulu bahwa dialah yang akan meneruskan tahtanya. Mungkin saat itu jabatan sebagai raja adalah sesuatu yang melenakan bagi Bhisma maka ia memilih untuk menempuh jalan yang menjauhinya.
Ah, saya jadi teringat dulu ketika diminta untuk mengambil tanggungjawab sebagai pucuk pimpinan suatu organisasim saya juga berpikiran bahwa itu adalah jabatan yang berat dan melenakan dan saya merasa tidak pantas untuk itu. Adakah Bhisma juga berpikir demikian? Saya hanya berpikiran bahwa mungkin dengan diamanahkan ke orang lain, semuanya akan jadi lebih baik. Adakah Bhisma juga berpikir demikian? Maka kemudian saya dan Bhisma telah memutus satu deretan nasab dalam sejarah dan itu telah menjadi takdir yang harus kami lalui.. (maaf, saya agak lebay ya? hehe)
Tinta telah kering, pena telah diangkat.
Semua akibat telah terjalani dari sebab yang telah diambil. Mempertanyakan sesuatu yang telah terjadi bisa jadi sebuah kesiaan. Maka hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menerima segala akibat yang telah terjadi dan merancang penyelesaian terbaik dari akibat yang ada. Akibat baik maupun buruk. Bagaimana membuat akibat buruk tidak terjadi dan bagaimana agar akibat baik itu yang terlestarikan.
Dari sini kita belajar bahwa tidak akan ada yang tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Sekuat apapun sesuatu itu telah kita usahakan. Pada akhirnya Allah Yang menentukan akibat yang akan terjadi. Maka Dialah sebaik-baik perencana. Akan indah sekali jika dulu Bhisma shalat istikharah sebelum mengambil sumpah itu kali ya...hahaha
Memang benar adanya, segala keputusan dan niat akan ada ujiannya. Seperti yang saya alami ketika memutuskan untuk berhenti bekerja demi berbakti kepada orangtua, seketika tawaran kerja bertubi-tubi berdatangan (curcol). Benarlah kemudian Allah akan mempertanyakan niat dan kesungguhan kita. Ya, begitulah.
Yang bisa kita lakukan adalah selalu berharap pada-Nya untuk selalu dituntun niat dan jalannya. Apapun. Apapun yang terjadi, semuanya Allah Yang Menghendaki. Maka sudut pandang terindah sebagai seorang hamba adalah bahwa apapun yang terjadi adalah wujud kasih sayang-Nya.

sumber gambar_muhasabah