Ini adalah sedikit pesan dari Gaza yang sempat tertangkap di catatan saya, 3 November kemarin di Masjid Nurul Ashri. Itu adalah salah satu masjid favorit saya...hehe...apalagi kalau Ramadhan (curcol).
Jadi kemarin kita kedatangan tamu istimewa dari Gaza. Mereka adalah para remaja keren yang di tengah kecamuk perang masih semangat menjaga Al Quran. Mereka ke sini untuk membagi semangatnya pada kita.
Sampai sekarang mereka percaya bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara yang tergerak untuk membuat markas penghapal Al Quran di Palestina. Itu lho yang kemarin sama Ustadz Yusuf Mansur dan Ustadz Salim A. Fillah ke sana untuk ikut acara peresmiannya. Tapi tidak lama diresmikan, tempat itu sudah dibom oleh orang-orang jahat menyebalkan bernama zionis israel atau apalah kata-kata paling jelek untuk mereka. (sebeeeelllll!)
Oya, ini saya ceritakan kembali pakai kata-kata saya sendiri ya, jadi jangan membayangkan ini adalah gaya bahasa yang mereka bertiga pakai. Hehe
Tentara israel itu mengebom tempat-tempat penting seperti rumah sakit, pemukiman, masjid, dan juga rumah tahfidz. Rumah tahfidz di Gaza kemarin diserang dengan tiga bom! Padahal satu bom saja bisa menembus kedalaman 10 meter. Israel benci pada Palestina dan negara-negara yang membantu Palestina. Jujur peperangan di Palestina bukanlah peperangan antar tentara, tapi peperangan masa depan! Mereka ingin memberangus generasi umat Islam terbaik. Sebelum perang mereka mengebom rumah-rumah. Kemudian setelah itu rakyat Palestina mengangkat bendera perang, "KAMI TAK AKAN PERNAH BERDAMAI DENGAN KALIAN!"
Apa sih yang sebenarnya terjadi dengan masyarakat Gaza?
Hampir setiap tahun mereka di bom tapi mereka sulit sekali untuk menyerah. Tidak mau menyerahkan diri. Ternyata karena sejak 60 tahun yang lalu, orangtua-orangtua mereka mendidik anak-anaknya untuk dekat dengan Al Quran, untuk menjadi penhapal Al Quran.
Kalau memang hanya tanah yang diinginkan oleh zionis israel, nyatanya kemarin yang dibom adalah masjid-masjid. Masjid-masjid yang dijadikan tempat para penghapal Al Quran, dengan tiga bom terbesar sehingga masjid luluh lantak, bukan dengan bom kecil, Selain masjid, ada markas tahfidz yang dibom, rumah sakit, dan lembaga-lembaga sosial yang dijadikan tempat untuk menghapal Al Quran.
Peperangan yang terjadi adalah siapa yang bisa menguasai generasi masa depan di bumi Palestina.
Tapi mereka yakin, israel tidak akan pernah sukses! Yang diinginkan israel adalah agar anak-anak keluar dari masjid-masjid ke jalan raya, dari halaqah-halaqah ilmu ke tempat-tempat main. Tapi mereka tetap bersama Al Quran.
Yang bikin mereka semangat untuk tidak menyerah pada israel adalah AL QURAN. Ketika Al Quran sebagai hakam, amaka Allah akan memberikan pertolongan-Nya pada kita. Mereka bertiga berpesan: "Benar-benar jagalah anak-anak bapak ibu sekalian. Jangan biarkan mereka lalai dengan pergaulan di sekelilingnya karena mereka adalah amanah."
Shalahudin Al Ayubi, sang pembebas Masjidil Aqsha, pernah dulu saat kecil ia main dijalan bersama teman-temannya. Kemudian ayahnya datang lalu memukulnya dengan pukulan keras tapi dia tidak menangis sama sekali. Ia berkata,
"Saya dilahirkan dengan susah payah oleh ibu saya bukan untuk menjadi orang yang cengeng (orang yang mudah menangis), tapi untuk menjadi pembebas Al Aqsha!"
Mereka bertiga juga berpesan, "Didik anak dengan agama, untuk menjadi pembebas, pemimpin di masa mendatang!"
"Kami berdoa kepada Allah, semoga Allah menjaga Bapak Ibu sekalian, semoga Allah menjadikan anak-anak bapak ibu sekalian menjadi penghapal Al Quran."
Yang membuat saya terharu adalah saat sesi tanya jawab ada seorang pengelola SDIT di Jogja sengaja membawa murid-murid dan para gurunya dengan dua bus untuk bisa bertemu dan mendapatkan semangat dari mereka bertiga ke acara tersebut. Beliau juga bercerita kalau sebelumnya sudah menghubungi panitia untuk meminta satu jadwal agar mereka bisa berkunjung juga ke sekolah mereka, namun jadwal Husen, Salem, dan Omar sudah penuh akhirnya mereka menggunakan kesempatan itu untuk belajar dari mereka bertiga. Bagaimana agar menjaga semangat menghapal para murid dan di antara gurunya.
Saat itu mereka bertiga terharu dengan cerita bapak ini. Mereka terharu juga dengan semangat bangsa Indonesia yang selalu mensupport Palestina. Mereka sampai saat ini percaya bahwa Indonesia adalah negara yang paling terdepan membela Palestina. Huft...saya sendiri berpikir bantuan Indonesia saja masih seperti ini. Disuruh untuk menekan PBB saja masih susahnya minta ampun. Lalu di mana negeri-negeri muslim lain? Bahkan sampai detik ini Saudi Arabia yang di sana terdapat Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha saja masih bungkam! Mesir yang tadinya menjadi nadi utama kegiatan ekonomi Palestina, kini disandera oleh pemerintahan kudeta.
"Kami berdoa kepada Allah, semoga Allah menjaga Bapak Ibu sekalian, semoga Allah menjadikan anak-anak bapak ibu sekalian menjadi penghapal Al Quran."
Yang membuat saya terharu adalah saat sesi tanya jawab ada seorang pengelola SDIT di Jogja sengaja membawa murid-murid dan para gurunya dengan dua bus untuk bisa bertemu dan mendapatkan semangat dari mereka bertiga ke acara tersebut. Beliau juga bercerita kalau sebelumnya sudah menghubungi panitia untuk meminta satu jadwal agar mereka bisa berkunjung juga ke sekolah mereka, namun jadwal Husen, Salem, dan Omar sudah penuh akhirnya mereka menggunakan kesempatan itu untuk belajar dari mereka bertiga. Bagaimana agar menjaga semangat menghapal para murid dan di antara gurunya.
Saat itu mereka bertiga terharu dengan cerita bapak ini. Mereka terharu juga dengan semangat bangsa Indonesia yang selalu mensupport Palestina. Mereka sampai saat ini percaya bahwa Indonesia adalah negara yang paling terdepan membela Palestina. Huft...saya sendiri berpikir bantuan Indonesia saja masih seperti ini. Disuruh untuk menekan PBB saja masih susahnya minta ampun. Lalu di mana negeri-negeri muslim lain? Bahkan sampai detik ini Saudi Arabia yang di sana terdapat Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha saja masih bungkam! Mesir yang tadinya menjadi nadi utama kegiatan ekonomi Palestina, kini disandera oleh pemerintahan kudeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar