Selasa, 25 Desember 2012

Yang Pertama dan Terakhir Kali

menara kincir angin parangracuk__by Wulan
Untuk pertama dan terakhir kalinya aku berada dalam satu tim dengan kalian.
Sungguh ini pengalaman yang luar biasa mendapatkan ukhuwah seperti ini.
Terima kasih untuk telah berada di antara kalian.
Selamat mengarungi ranah perjuangan masing-masing.
Selamat kembali berjuang di dakwah yang sesungguhnya, kawan.
Terima kasih atas teladan-teladan yang diam-diam kucuri dari kalian.
Semoga Allah terus menguatkan kita, memberikan keistiqomahan untuk terus berada di jalan ini.
Jalan yang mungkin akan sangat berat dilalui.
Tapi pengabdian adalah soal ketulusan, niat kita mendapatkan ridho Allah semata.
Niat kita untuk memberi manfaat dalam kebaikan.
Semangat berilmu untuk kebermanfaatan umat.
Ganbare!




Rabu, 19 Desember 2012

Orang-Orang "Though"

Sore ini "tanpa sengaja" saya lihat tayangan televisi tentang behind the scene konser Agnes. Wuah, gila-gilaan ya orang mau buat konser saja. Bener-bener latihannya berat.
Saya jadi ingat sebuah quote: "People pay more for entertainment than for education."
Bener juga sih, saya lebih mudah menghabiskan uang untuk hiburan daripada untuk konsumsi otak.
Kalau saya lihat Agnes saya jadi ingat dua orang yang menurut saya punya karakter mirip dengan dia. Kedua orang itu punya nama dengan huruf depan yang sama "D". Pertama adalah dosen saya yang cantik itu. Dosen PE semester 1, kelas Ekonomika Internasional 1, dan kelas Ekonometrika 1. She's always beautiful as she does (please check my grammar :P). Kedua adalah seorang wanita pertama yang menjadi juara masterchef, program salah satu stasiun televisi.
Apa yang paling saya sukai dari mereka adalah karakter kerja keras mereka.
Mereka usaha keras untuk apa yang mereka achieve.
Bu Denni: "Let your output at the maximum frontier!"
Bu Desi: "Pressure your self up to the limit!"
Dosen saya yang cantik itu pernah cerita di kelas bagaimana dia dulu waktu semester pertama dapat nilai kuis UTS yang jelek, kemudian beliau merevolusi cara belajarnya. Dan dari revolusi itu beliau menghasilkan hasil yang revolusioner. IPK 4 dua semester berturut-turut dan lulus dengan IPK tertinggi. Saya selalu terpukau bagaiman cara dia mengajar di kelas. Cerita paling menarik adalah cerita tentang pengalamannya di ranah politik di istana negara sana. Betapa sulitnya seorang ekonom harus membenturkan politik dengan ilmu ekonomi. Ah, sulit deh didefinisikan dengan kata-kata di sini. Kadang sempat berpikir bagaimana kalau dulu tiap kelas beliau ada rekamannya sehingga itu bisa diputar berulang-ulang. Bahkan salah satu teman saya pernah mereka kuliah beliau dengan kamera hp. hahaha.... Pesan utama beliau adalah kerja keras.
Satu hal lagi, mereka tetap humble.
Agnes: Inti dari make it happen bukan cuma akunya aja yang ditonjolkan bahwa aku make it happen. Tapi bagaimana kita make it happen.
Bu Denni: Guys, kalau kalian  sudah sukses nanti, jangan pernah merasa benar dalam segala hal. Kadang orang nanya di seminar-seminar dengan panjang lebar hanya untuk show-off apa yang mereka tahu meski sebenarnya inti pertanyaan mereka cuma simpel. Kalau mau tanya, singkat. Ekonom diajarkan untuk menjadi humble dengan term "second best". Mereka tidak pernah bilang "the first best". Hasil penelitian, kebijakan, mereka tidak pernah bilang itu yang terbaik, tapi "terbaik jika ...bla bla bla". Ada kondisinya masing-masing. Guys, di atas langit masih ada langit.
Bu Desi: Motivasi utama saya untuk menjadi pemenang adalah untuk meninggalkan legacy bagi anak-anak saya bahwa untuk mengejar mimpi itu harus ditempuh dengan kerja keras meski seringkali mengorbankan sesuatu.
Jika saya lihat Bu Desi di televisi, tiba-tiba teringat Bu Denni. Kemudian di otak saya menerjemahkan sesuatu yang memberi saya kesan bahwa mereka itu mirip. Begitu juga kalau lihat Agnes, saya jadi teringat Bu Denni juga, dengan kesan yang sama. 
Terlepas dari siapapun mereka, apapun agama mereka, saya cuma belajar dua hal: kerja keras dan humble.
Saya nggak ngefans sama mereka, cuma kagum dan belajar pada dua hal tersebut dari mereka.

Minggu, 16 Desember 2012

Desain Rak Buku

Sejak merasa "agak malas" dan "agak putus asa" dengan skripsi, belakangan saya jadi  sering mengumpulkan gambar-gambar desain rak buku, ruang baca, dan segala macamnya. Ya, ingin sekali punya rumah dengan huge book shelf. Buku itu nanti tidak hanya dibaca oleh saya sendiri, tapi juga dibaca oleh para karyawan yang sedang beristirahat atau mengisi waktu luang mereka di malam hari.
Kali ini saya pengen iseng membuat list isi rak buku:
1. Koleksi buku-buku ekonomi. Sayang kalau buku-buku kuliah dibuang begitu saja. Harus dilestarikan dan menjadi ingatan referensi jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Koleksinya nanti akan ditambah.
2. Koleksi buku-buku sejarah & biografi.
3. Buku-buku agama dan pengembangan diri.
4. Novel
5. Kumpulan jurnal
6. Kumpulan majalah: NG, Tempo, plus rak koran kompas/kliping
7. Kumpulan referensi hobi: traveling, gradening, masak!, kesenian & budaya, architect
8. .....
Jadi teringat dengan tugas dari mr untuk membuat life-plan. Saya sudah membuatnya. Ternyata ini kegiatan yang cukup mengasyikkan. Hmmm...saya jadi berpikir, ketika saya melihat teman-teman yang sudah lulus bingung mau ngapain, saya sendiri justru bingung bagaimana caranya agar segera cepat lulus dan bisa segera melakukan banyak hal yang sudah saya rencanakan.
Manusia memang berencana, tapi toh pada akhirnya nanti Allah Yang akan mengatur jalan kita agar menjadi cerita yang happy ending.
Traveling, be a volunteer in the social activities, write the novel, read the good books, more hiking, research, memorize the Quran, and learn more language are the things I want to do after graduation.
What I have to do to get money? Work as anything. Saya tidak takut dicap sebagai pengangguran. Yang terpenting adalah saya melakukan sesuatu yang berarti. Bukan sekedar jabatan di masyarakat kamu kerja jadi apa, tapi apa yang sudah kamu lakukan untuk masyarakat?
Kadang saya bingung jika ditanya mau kerja jadi apa nanti. Saya tidak tahu. Yang jelas saya bekerja untuk mendapatkan uang yang itu akan saya gunakan untuk mendapatkan kebahagiaan. Kapan saya bahagia? Ketika melakukan hal-hal yang berarti.
Tak masalah jika hanya menjadi pengurus di restoran keluarga. Tak masalah jika seorang sarjana bekerja serabutan. Asalkan masih bisa memberikan apa yang ia ketahui dari pendidikannya. Bukan sekedar kamu bekerja pada siapa, di mana, sebagai apa. Tapi apa yang bisa kita pertanggungjawabkan dari pendidikan itu sendiri.
What kind of job I have to do to create more money?
What kind of job I have to do to create more happiness?



__Ah, sepertinya keren sekali pergi ke pelosok-pelosok nusantara/dunia dan mengenal masyarakat lokal dari dekat, berkenalan dengan mereka lebih mendalam, membuat jurnal perjalanan dan profil masyarakat lokal, membagikannya kepada dunia, membahas isu-isu pengentasan kemiskinan dan pelestarian lingkungan di tataran global lewat tulisan, jurnal, dan berbagai konferensi, sekaligus menjadi wanita pengusaha yang sukses (hotel dan restoran, tourism), sekaligus menjadi ibu rumah tangga yang shalihah, pendidik calon-calon pemimpin. I dream it.