Rabu, 19 Desember 2012

Orang-Orang "Though"

Sore ini "tanpa sengaja" saya lihat tayangan televisi tentang behind the scene konser Agnes. Wuah, gila-gilaan ya orang mau buat konser saja. Bener-bener latihannya berat.
Saya jadi ingat sebuah quote: "People pay more for entertainment than for education."
Bener juga sih, saya lebih mudah menghabiskan uang untuk hiburan daripada untuk konsumsi otak.
Kalau saya lihat Agnes saya jadi ingat dua orang yang menurut saya punya karakter mirip dengan dia. Kedua orang itu punya nama dengan huruf depan yang sama "D". Pertama adalah dosen saya yang cantik itu. Dosen PE semester 1, kelas Ekonomika Internasional 1, dan kelas Ekonometrika 1. She's always beautiful as she does (please check my grammar :P). Kedua adalah seorang wanita pertama yang menjadi juara masterchef, program salah satu stasiun televisi.
Apa yang paling saya sukai dari mereka adalah karakter kerja keras mereka.
Mereka usaha keras untuk apa yang mereka achieve.
Bu Denni: "Let your output at the maximum frontier!"
Bu Desi: "Pressure your self up to the limit!"
Dosen saya yang cantik itu pernah cerita di kelas bagaimana dia dulu waktu semester pertama dapat nilai kuis UTS yang jelek, kemudian beliau merevolusi cara belajarnya. Dan dari revolusi itu beliau menghasilkan hasil yang revolusioner. IPK 4 dua semester berturut-turut dan lulus dengan IPK tertinggi. Saya selalu terpukau bagaiman cara dia mengajar di kelas. Cerita paling menarik adalah cerita tentang pengalamannya di ranah politik di istana negara sana. Betapa sulitnya seorang ekonom harus membenturkan politik dengan ilmu ekonomi. Ah, sulit deh didefinisikan dengan kata-kata di sini. Kadang sempat berpikir bagaimana kalau dulu tiap kelas beliau ada rekamannya sehingga itu bisa diputar berulang-ulang. Bahkan salah satu teman saya pernah mereka kuliah beliau dengan kamera hp. hahaha.... Pesan utama beliau adalah kerja keras.
Satu hal lagi, mereka tetap humble.
Agnes: Inti dari make it happen bukan cuma akunya aja yang ditonjolkan bahwa aku make it happen. Tapi bagaimana kita make it happen.
Bu Denni: Guys, kalau kalian  sudah sukses nanti, jangan pernah merasa benar dalam segala hal. Kadang orang nanya di seminar-seminar dengan panjang lebar hanya untuk show-off apa yang mereka tahu meski sebenarnya inti pertanyaan mereka cuma simpel. Kalau mau tanya, singkat. Ekonom diajarkan untuk menjadi humble dengan term "second best". Mereka tidak pernah bilang "the first best". Hasil penelitian, kebijakan, mereka tidak pernah bilang itu yang terbaik, tapi "terbaik jika ...bla bla bla". Ada kondisinya masing-masing. Guys, di atas langit masih ada langit.
Bu Desi: Motivasi utama saya untuk menjadi pemenang adalah untuk meninggalkan legacy bagi anak-anak saya bahwa untuk mengejar mimpi itu harus ditempuh dengan kerja keras meski seringkali mengorbankan sesuatu.
Jika saya lihat Bu Desi di televisi, tiba-tiba teringat Bu Denni. Kemudian di otak saya menerjemahkan sesuatu yang memberi saya kesan bahwa mereka itu mirip. Begitu juga kalau lihat Agnes, saya jadi teringat Bu Denni juga, dengan kesan yang sama. 
Terlepas dari siapapun mereka, apapun agama mereka, saya cuma belajar dua hal: kerja keras dan humble.
Saya nggak ngefans sama mereka, cuma kagum dan belajar pada dua hal tersebut dari mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar