Selasa, 17 Juni 2014

Berubah

Betapa istiqomah itu mahal memang
Mengapa manusia yang sudah mengerti bahwa itu dosa masih seringkali melakukan dosa?
Mungkin ini cara Allah mengajarkan pada kita untuk tidak sombong dengan keimanan kita sekarang
Mungkin juga ini cara Allah mengajarkan kita untuk selalu rindu untuk kembali pada-Nya dan untuk tidak berputus asa mengharap rahman-Nya
Sebaik-baik orang yang berdosa adalah ia yang bertaubat

Untuk menjadi lebih baik memang masih perlu usaha yang terus-menerus
Kita tidak tahu akhir hayat kita akan seperti apa, kapan, saat keimanan kita seperti apa, dan apa yang sedang kita lakukan saat itu...
Semoga Allah senantiasa menuntun kita agar amal terbaik kita adalah di ujungnya

Futur itu...mengajarkan kita untuk selalu rindu dekat dengan Allah
Futur itu...mengajarkan kita untuk tidak sombong ketika iman sedang naik
Futur itu...mengajarkan kita untuk empati pada saudara-saudara yang masih kesulitan bangkit dari jeratan dosa. Hingga kita tidak pernah membenci dan meninggalkan mereka.
Futur itu...mengajarkan kita untuk sabar. Bersabar untuk selalu dalam kebaikan.
Futur itu...adalah fase mengambil hentakan untuk melompat ke atas lebih tinggi lagi dari sebelumnya.

Umar!

Jika kita ingin bertanya bagaimana bisa melahirkan anak-anak seperti Umar bin Abdul Aziz, maka dari sini mulainya. Jauh sebelum pendidikannya. Jauh sebelum kelahirannya. Ibunya belum lagi hamil. Bahkan bapak ibunya belum lagi dipertemukan dalam catatan takdir cinta mereka berdua.
Umar bin Abdul Aziz terlahir dari dua bibit yang luar biasa. Bibit ayah istimewa yang disemai di lahan ibu istimewa. Jadilah ia sosok istimewa yang dicatat sejarah kebesaran Islam.
-Budi Ashari, Lc
"Semua Berawal dari Secawan Kejujuran"




Hujan Bulan Juni

Yeay! Akhirnya bisa nge-blog lagi. Hujan pertama di bulan Juni yang saya sadari betul-betul bahwa Jogja sudah hujan. Kemana aja, nona...hehe. Entah, mungkin saya sedang terkungkung dengan pikiran-pikiran negatif yang akhir-akhir ini mulai menggerogoti otak saya sampai harus ke rumah sakit coba! Plis deh! Maaf, saya mulai lebay.
Jadi intinya ini baru pembukaan. Oke. Saya lagi suntuk dengan para pegawai kantoran yang katanya melayani masyarakat ituh. Maaf, saya agak sensi memang kalo sudah menyebut profesi PNS. Iya, saya tahu kok tidak semuanya. Hanya beberapa oknum saja. Bolehkah saya menumpahkan kekesalan saya sejenak di sini? Ummph...
Oke, saya berubah pikiran, tidak baik menceritakan aib orang di sini. Yang jelas masih ada lho, kades yang mempersulit warganya. Yang sulit sekali ditemui saat warganya butuh. Yang rajin memungut pungutan liar dari setiap warga yang hendak membuat sura-surat untuk keperluannya. Masih ada juga lho, orang yang ngaku-ngaku pembela rakyat kecil, berjuang ke pelosok-pelosok desa untuk menyalurkan bantuan, tapi masih butuh pengakuan. Masih ingin disanjung sebagai pahlawan. Kemudian mereka akan saling rebutan klaim bahwa merekalah yang memperjuangkan mereka. Masih ada juga lho, pegawai administrasi kota yang judesnya minta ampun, padahal orang-orang datang ke tempatnya dengan baik-baik. Masih banyak juga lho, birokrasi yang dipersulit di negeri ini.
*Istighfar*
Maafkan saya ya Allah, saya kok belakangan jadi mudah berpikir negatif pada orang lain?
Padahal saya sudah tahu, apapun itu yang datang dari-Mu, apapun kejadiannya adalah kebaikan. Padahal saya tahu, bahwa Engkau menyajikan semua kejadian itu pada hamba untuk memperkokoh kesabaran hamba hingga Engkau semakin cinta pada hamba...
Mungkin hati kita saja yang sedang soak. Perlu diservis ke Sang Pemilik hati ini.
Kembali yuk...