Sejarah Indonesia banyak menyimpan cerita yang belum banyak terungkap kepada publik. Di setiap peristiwa akan selalu ada satu dua hal bahkan ribuan yang terlupakan dari sejarah meskipun mereka menyumbangkan hal yang begitu penting bagi peristiwa sejarah tersebut. Seperti halnya saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia. Peristiwa yang sangat penting pada saat itu adalah dikeluarkannya dua komando dari presiden untuk rakyat Indonesia yang dikenal sebagai Dwikora (Dwi Komando Rakyat).
Dengan operasi Dwikora tersebut seluruh angkatan bersenjata Indonesia dipersiapkan untuk melakukan perang terhadap Malaysia. Kerjasama dengan Rusia dalam hal pengadaan senjata dan perlengkapan perang lainnya pun dijalin. Rusia yang terkenal sebagai negara komunis membantu Indonesia karena pada saat itu Indonesia menjadi salah satu basis komunis di dunia.
Segala macam persiapan dilakukan untuk mengantisipasi serangan dari darat, laut, maupun udara. Satu hal yang paling penting dari serangan udara adalah alat untuk mendeteksi pesawat tempur yang mendekat ke wilayah Indonesia. Maka radar di berbagai titik pun disiapkan. Saat itu Indonesia membagi titik-titik radar di dua sector, yaitu sector barat dan sector timur. Di sector barat ada enam titik yaitu di Jakarta, Cisalak, Pontianak, Palembang, dan dua titik di Pulau Belitung.
Pulau Belitung yang kecil menjadi salah satu basis pertahanan Indonesia pada saat itu. Radar ditempatkan di dua titik yaitu Tanjung Pandan dan Buding. Namun pada awal Desember 1964 radar P30 dari Buding dipindahkan ke Desa Sungai Padang setelah enam bulan berada di Buding. Pemindahan tersebut dilatarbelakangi oleh alasan letak radar yang kurang strategis karena tidak langsung ke laut.
Desa Sungai Padang dinilai sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan dan memiliki bukit yang dapat menjadi tempat yang cocok untuk melakukan pemantauan jarak jauh dari ketinggian. Maka satu pleton pun diturunkan untuk mengawasi dan mengoperasikan radar. Sedangkan dua regu juga dipersiapkan untuk menjaga pertahanan pangkalan.
Radar P30 ini berasal dari Rusia dengan ukuran yang sangat besar sehingga untuk mencapai bukit, radar tersebut harus diangkat dengan alat berat. Baru kemudian setelah Indonesia dan Rusia tidak lagi bekerjasama, radar tersebut sudah tidak dipakai lagi sejak tahun 1979.
Hingga kini radar tersebut dibawa ke Bandung. Di Solo kini juga ditempatkan radar Thompson yang ukurannya lebih kecil dari radar P30. Radar Thompson ini berasal dari Inggris dan Belanda.
Di Desa Sungai Padang sendiri yang tersisa dari sejarah itu adalah tempat bekas radar itu berdiri dan pelaku sejarah yang menjalankan teknis radar yang tergabung dalam pleton penjaga radar di Desa Sungai Padang. Siapa sangka desa kecil yang terletak di ujung timur laut Kabupaten Belitung ini pernah menjadi salah satu basis pertahanan penting Indonesia pada saat itu. Kita bayangkan saja jika radar P30 ini tidak berfungsi, serangan akan mudah dilancarkan oleh Malaysia menggempur Indonesia. Hingga saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui salah satu peninggalan sejarah yang penting ini karena dengan pengetahuan masyarakat mengenai sejarah tersebut, mereka akan semakin menghargai tempat mereka sebagai salah satu tempat bersejarah yang perlu dijaga. Dan jika suatu saat radar itu perlu dipasang lagi di tempat yang sama, masyarakat sudah siap dengan itu. (Sumber: Bapak Sutjipto, Sungai Padang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar