Minggu, 25 Oktober 2020

Trauma

 "Kita tidak bisa mengatur arah angin, tapi kita bisa mengatur layar kapal." -Kale (NKCTHI)

Seseorang pernah berkata pada saya, "Kalau motor sudah pernah jatuh parah sampai stangnya bengkok, akan sulit untuk diperbaiki lurus sempurna meski masih bisa berjalan normal." Intinya, kalau motor tidak bisa lagi kembali ke sedia kala seperti baru dipakai pertama kali. Biasanya kan kalau motor yang normal dalam kondisi berjalan stang motor akan cenderung dalam posisi yang lurus ke depan kecuali kalau diputar arah oleh pengemudi. Beda kalau motor yang habis kecelakaan stirnya cenderung kebanting ke kanan atau ke kiri meski kita tidak mengendalikannya. Ini berarti bahwa si pengemudi harus senantiasa memegangi stirnya agar tetap lurus. Tentu sangat lebig melelahkan bagi pengemudi. Dan inilah yang menyebabkan lebih besarnya risiko kecelakaan selanjutnya ketika pengemudi dalam kondisi yang lelah. Menurut yang beliau ceritakan kepada saya, sampai saat ini belum ada satu bengkel pun yang bisa mengembalikan kondisi itu seperti semula.

Saya tidak begitu paham sih urusan otomotif, tapi insight yang saya dapatkan dari beliau ini banyaaak banget. Thanks to him for so many life learning. I do love him. *tisu mana tisu 😅

Oke. Bukan masalah otomotif yang ingin saya tuliskan di sini. Tapi saya sedang ingin berefleksi sih apakah kondisi seseorang yang mengalami trauma itu seperti itu? Di luar sana ada orang-orang yang harus minum obat sepanjang hidupnya agar mereka bisa beraktifitas dengan "normal". Ada yang struggle dengan peristiwa-peristiwa traumatis dalam hidup mereka dan berjuang untuk menyembuhkan luka batin mereka. Ada yang tetap bisa memakai sepeda motor dengan selalu waspada memegang kendali stir agar tidak mudah berbelok karena kelelahan menahan stir yang sudah bengkok.

Mungkin amannya kita akan berpikir untuk menjual saja motor itu dan membeli yang baru. Tapi ada beberapa orang yang pilihan itu tidak mudah dilakukan. 

Kita tidak bisa memprediksi kejadian-kejadian luar biasa dalam hidup yang berimbas pada stir yang bengkok. Motor dengan stir normal saja masih bisa jatuh jika pengemudinya lalai, atau bahkan sudah mengemudi berhati-hati tapi ada saja yang tidak sengaja menabrak. Inilah mengapa dalam society ada rule of the game. Dibuatlah rambu-rambu lalu lintas, dibuatlah aturan tes untuk mendapatkan ijin mengemudi, dan prosedur-prosedur keselamatan lain. Itu semua untuk meminimalisir risiko. 

Lalu jika risiko sudah berwujud nyata menjadi bencana? Ya mau gimana lagi. Terima aja. Pergi ke bengkel mana tahu bisa diperbaiki sedikit biar stir tidak bengkok-bengkok banget. Atau kalau cuma lecet-lecet biasa kan tidak masalah. Atau misal harus ganti onderdil. Dan bengkel yang direkomendasikan adalah di dealer-dealer resmi dengan suku cadang aslinya. Kalau kita nih manusia sudah pernah jatuh dalam kejadian traumatis, kembalinya ke mana? Siapa yang menciptakan kita?

Nah, ini bukan tentang NIHILISM. Tapi bagaimana menjadi optimistic nihilism. Wadidaw kenapa jadi berbelok ke filsafat? Ada hubungannya tapi kepanjangan kalau dibahas bareng di sini. 

"Sabar, satu per satu." Kale - NKCTHI

Untuk yang belum nonton atau baca bukunya, NKCTHI (Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini). 9/10 sih dari sisi pesan moralnya. Nangis bombay di sepanjang film. 😅
.
.
@30haribercerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar