Senin, 26 Oktober 2020

Ekspektasi

Tahun ini banyak hal yang sudah terjadi yang di luar perkiraan kita bukan? Manusia seperti dipaksa untuk memutar arah. Tidak apa-apa. 
Jadi kerjaan saya selama pandemi ini hanyalah nongkrong di depan laptop dan scrolling media sosial sambil mencari-cari sesi online yang bisa saya ikuti sebagai selingan paper review dan drakor tentunya. Hehe. Nggak papa ya, niat untuk mengubah blog ini menjadi lebih serius tentang isu-isu pembangunan, sepertinya akan kandas dengan gaya tulis saya yang sedang ingin santai. Nah, salah satu sesi yang agak rutin saya ikuti adalah Hening Serentak bersama mas Adjie Santosoputro melalui live IG-nya. Ya saya jadi boros pulsa data sih memang. But I can't help
Sekitar Juni lalu kita berlatih untuk mengurangi ekspektasi. Lagi-lagi titik beratnya pada relationship. Huft, ini pe-er terberat saya. Membayangkannya saja sudah menghela napas berat duluan. Seperti berhadapan dengan Gunung Merbabu untuk didaki. Iya, saya masih saja berada dalam ketakutan yang sama. Meski sudah belajar sedemikian rupa untuk sedikit demi sedikit berbaur dan bergaul secara terbuka dengan siapa saja. Malah curhat lagi.
Oke, jadi kan kita nih manusia, siapapun itu pasti pernah mengalami hari yang sulit. Barangkali penampakan di luar masih terlihat tangguh, bisa jadi di kedalaman hati ada sisi kerapuhan. Dan kita harus akui dan menerima itu. Belajar jujur dengan diri sendiri, bahwa ada keinginan untuk dicintai dan mencintai. Di dalam diri kita itu tersusun atas kewelasasihan dan kerapuhannya. Ada sisi cinta, ada sisi sakit/patah hati. 
Di hidup ini, adakah yang tidak berubah? Semua berubah. Seperti arus sungai, ia akan terus mengalir. Kita tidak bisa menyentuh arusnya untuk kedua kalinya. Kita tidak bisa sama persis untuk kedua kalinya.
Maka sejatinya keakuan diri kita sebenarnya tidak ada. Dengan memahami keakuan yang tidak kekal, maka sebenarnya pun kita tidak bisa memiliki. Rasa memiliki adalah ilusi. Maka kehilangan itu juga semu.
Pada akhirnya kita juga akan terlepas dari diri kita, bukan?
Titik nol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar