Sabtu, 04 April 2020

Unfinished Agenda

Entah sudah hari keberapakah ini berada di dalam rumah dan sedikit interaksi dengan orang lain karena pandemik COVID-19 dari bulan kemarin. Menghabiskan seharian penuh berada di meja kerja dan di depan laptop dengan ekspektasi bisa menyelesaikan satu research idea, literature reviews, presentasi, dan mengerjakan hal-hal basic lainnya, juga pekerjaan lainnya. Hari berganti hari, rasanya masih stuck di situ-situ saja dan belum ada satu pun yang terselesaikan dengan baik. Pernah merasa stress karena unfinished business? Merasa kesulitan untuk menyelesaikan satu tugas dengan cepat dan segera beranjak ke tugas lainnya?
Iya, menulis blog ini pun juga adalah satu distraksi yang saya sengajakan. Berharap paling tidak bisa sedikit release dengan ditulis. Semoga sih ya. Dibandingkan dengan bicara langsung, agaknya kemampuan mengutarakan ide dengan tulisan lebih mudah dilakukan bagi saya. Saya ingin bisa seperti dulu lagi, produktif dalam berkarya. Dan kali ini saya demand karya yang jauh lebih impactful. Dasar memang manusia memang tidak pernah puas dengan satu kondisi. Agaknya ini adalah semacam "balas dendam" saya dari "tiga tahun" itu. Ah, lagi-lagi masih belum bisa memaafkan diri sendiri dari masa lalu. Ada di posisi yang membuat kita merasa tidak berguna ternyata sangat tidak nyaman bukan? Seketika pencapaian-pencapaian di masa lalu tidak berarti apa-apa. 
Kembali ke masalah unfinished job
Ini sebenarnya adalah seni move-on. Stuck in the past. Memang benar bahwa manusia memang perlu belajar untuk hidup di sini-kini. Fokus dengan apa yang sedang dikerjakan untuk kemudian beritme ke pekerjaan lain yang dikerjakan saat itu juga. 
Apa yang membuat kita sulit untuk fokus? Distraksi. Bisa jadi distraksi dari masa lalu maupun kekhawatiran akan masa depan. Seringkali kan ya, kita membuat to-do-list terlalu panjang sampai pada saatnya memulai satu pekerjaan kita sudah kepikiran pada pekerjaan berikutnya yang harus diselesaikan alih-alih fokus pada apa yang sedang dikerjakan. 
Benar sih kata Mas Adjie di sesi #heningserentak di live IG beberapa waktu lalu. Bahwa kita perlu lebih belajar untuk mengurangi. Bukan menambah, tapi mengurangi apa yang perlu diurus. 
Benar juga sih. Jadi ingat saat muda dulu selalu diprotes oleh orang rumah karena terlalu sibuk di luar dengan kegiatan organisasi yang tidak hanya satu, tapi banyak. 
Kita perlu belajar memilih prioritas mana saja yang perlu kita urus dan mana saja yang perlu diletakkan.
Mari kita perbaiki. Satu per satu.
Tolong suatu saat kamu bisa dengan percaya diri "claim your space" dan siap menerima tantangan berikutnya. Yes, I do. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar