Jumat, 15 November 2013

"Uang Transportasi"

Ternyata emang gitu ya wartawan ecek-ecek itu?
Ya...nggak semuanya sih...tapi ternyata emang ada bener wartawan ecek-ecek itu.

Bilangnya sih minta uang transportasi, tapi "memeras" calon pembeli.
Hey, ini saya tidak sedang membicarakan jilbab hitam atau bunda putri.
Saya sedang membicarakan apa yang saya alami sendiri.
Bahwa mereka, yang ngaku kuli tinta, meminta suap dan saya terpaksa beri.

Walhasil?
Pemberitaan ditulis dengan seadanya.
Jika kemarin tidak kukasih, apa iya mereka masih mau memuatnya?
Begitukah jual-beli media?
Jijik gua...

Iya sih,
Berita yang disebarkan bukan perkara korupsi atau binatang najis ajnabi
Iya sih,
Beritanya tentang hal-hal positif yang memang seharusnya publik layak konsumsi
Tapi?
Saya hanya nggak suka sama proses mereka mencari bahan publikasi
Bukankah mereka seharusnya telah diberi code of conduct sebagai seorang kuli?

Uang transportasi
Hah, saya benci dengan diri sendiri karena saya sendiri yang bertransaksi
Uang transportasi
Ternyata sudah membudaya di negeri ini

Ya!
Semua itu dianggap biasa
Bahkan dianggap tidak sopan jika tidak memberi mereka
Bahkan sudah dianggarkan di setiap instansi-instansi pemerintahan
Bahkan transaksinya resmi tercatat di pembukuan

Uang transportasi
Praktek korupsi yang dilegalkan
Menyedihkan!

Yogyakarta, 15 November 2013
#sajak_status

Tidak ada komentar:

Posting Komentar