Selasa, 01 Januari 2013

Tentang Perjalanan dan Sejarah


Entah, apa yang hendak saya tulis kali ini. Saya membaca tulisan teman-teman mengenai refleksi akhir tahun, resolusi tahun baru, dan lain sebagainya. Semua telah mengukir karyanya masing-masing. Ada yang puas ada yang tidak. Lalu, apa yang saya kerjakan dan pelajari dari tahun kemarin? Saya sudah bisa menjawabnya. Tapi, apa yang akan saya lakukan di tahun ini? Itu masih belum bisa menjawabnya dengan mudah.



Awal tahun masehi kali ini diawali dengan bulan Safar di tahun Hijriyah. Safar berarti bulan saat orang-orang banyak melakukan perjalanan. Tapi yang terjadi  adalah saya masih tinggal di kota yang telah lama membesarkan saya ini. Saya sempat mendengar kabar mengenai teman-teman yang hendak melakukan perjalanan jauh untuk studi mereka. Iya, iri. Toh nyatanya saya belum menyelesaikan satu pekerjaan penting dalam hidup bernama skripsi. Saya membenci diri sendiri untuk hal ini.
Awal tahun ini, di Bulan Safar, saya mengawalinya dengan membaca buku perjalanan Ibn Batuta. Seorang petualang legendaris dunia yang seharusnya pamornya melebihi Marco Polo. Ia menjadi saksi sejarah perkembangan Islam pertama kali di Indonesia. Kerajaan Samudera Pasai. Saya hanya bisa memberikan satu cuplikan di awal buku itu:

"Saya berjumpa di (Brusa) syekh 'Abdallah al-Misri yang alim, sang musafir, dan seorang pria yang hidupnya seperti seorang wali. Ia telah menjelajahi bumi ini, tetapi ia tidak pernah pergi ke Cina ataupun Sri Lanka. Juga tidak pernah ke negeri Maghrib atau ke negeri Andalusia, atau ke negeri-negeri Negro, sehingga saya mendahuluinya dengan mengunjungi wilayah-wilayah tersebut."
-- Ibnu Batuta
Saya baru membaca pengantarnya. Nanti akan saya ceritakan lagi tentang buku ini. Insya Allah. Membaca sekilas tentang buku-buku sejarah, jadi merindukan suatu masa di mana akses telpon dan internet belum ada. Orang-orang berhubungan dengan orang lain di tempat yang jauh dari mereka hanya dengan perantara surat atau bahkan tanpa kabar sama sekali sehingga mereka hanya bisa mengirimkan doa-doa. Masa di mana mengunjungi tempat lain adalah benar-benar sebuah kejutan. Ibnu Batuta mengajari kita untuk melakukan perjalanan bukan hanya sebagai pelancong, penikmat kebudayaan, dan penikmat pariwisata. Tapi perjalanan yang ditujukan untuk ilmu. Maka berbahagialah kawan-kawan yang telah menjelajah belahan dunia untuk menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu. Kisah seorang pendekar tanpa nama yang diceritakan oleh Seno Gumira Ajidarma dalam novelnya Nagabumi sedikit membuat saya terkesima mengenai keluasan ilmu orang-orang jaman dahulu. Mereka mempelajari ilmu tidak dari sumber pasaran. Pendekar itu secara jelas memisahkan mereka yang berilmu dari sumber pasar dengan perantara telinga dan mulut orang tidak jelas dengan mereka yang berilmu dari sumber yang jelas. Satu quotes menarik yang disampaikan oleh sang pengantar di buku Ibn Batuta, bahwa para sejarawan itu mengisahkan cerita yang sudah selesai. Ia menceritakan kepingan kisah yang sudah diketahui endingnya.
Teringat dengan petuah Pak Fatan beberapa waktu lalu mengenai sanad. Tradisi para ilmuwan muslim dahulu adalah memelihara sanad. Sehingga bisa kita telusuri sekarang, siapa berguru pada siapa mengenai apa. Ini akan berguna bagi para sejarawan untuk menguji keotentikan dan subjektifitas penulis atau pelaku sejarah tersebut. Beda dengan sekarang yang sumber-sumber ilmu bertebaran di mana-mana tanpa sanad yang jelas. Alhasil, orang bisa dengan mudah comot sana comot sini tanpa memperhatikan keabsahan sumber.
Cerita tentang seorang ratu di Cina yang menjadi saksi kehancuran dinastinya, kisah tentang manusia-manusia berlatar kerajaan Padjajaran dan Majapahit, kisah perjalanan para Pandaya Sriwijaya dan perompak di Teluk Benggala, menelusuri jejak ratu Mongol dan perjalanan Cheng Ho, kemudian maju ke masa penjajahan Hindia-Belanda dari seorang Multatuli juga menikmati Pak Pram berkisah tentang wanita pribumi yang dipersunting oleh keturunan Walanda. Kisah sejarah kadang melukiskan kisah orang-orang penting dan dianggap besar. Jadi teringat dengan artikel yang dimuat di majalan tempo beberapa waktu lalu mengenai sejarah rakyat biasa, sejarah kaum jelata. Mereka juga pelaku sejarah yang penting.
Ingin rasanya melakukan perjalanan jauh untuk mempelajari dan mengalami sendiri apa yang Allah hendak ajarkan kepada manusia melalui perjalanan. Perjalanan sejatinya adalah mengenali diri sendiri dari sudut pandang lain, dan sejatinya watak diri akan tampak saat melakukan perjalanan yang tak biasa.
Berkaca pada tahun 2012, saya tidak bisa menyebutnya sebagai tahun karya, meski orang-orang bilang tahun itu saya menghasilkan beberapa karya (satu film, dua buku, dua proyek). Selebihnya ada banyak hal yang tidak terselesaikan dengan baik. Mudah sekali bagi orang membuat list mengenai apa yang telah ia hasilkan dan kerjakan, tapi, sulit pula untuk mengakui kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan. Seperti halnya jejak yang kita tinggalkan di atas pasir atau tanah. Mereka bisa terhapus dengan mudah. Tapi bagaimana jika jejak itu ditinggalkan pada batu? Bahkan para sejarawan dan arkeolog menjadikannya sebagai sesuatu yang bernilai sejarah jika itu merupakan jejak peristiwa penting di masa lalu. Jejak apa yang sudah kita tinggalkan di batu? Kebaikan atau keburukan?
Tahun 2013 saya berharap ini akan menjadi tahun persiapan dan penggemblengan sebelum saya melangkah ke tempat-tempat jauh di tahun 2014. Perjalanan ke tempat seluruh umat muslim merindukannya dan perjalanan ke tempat sebagian besar mahasiswa ingin belajar di sana. Sudah dicukupkan sampai di sini saja, masa-masa kekanak-kanakan. Sudah saatnya berpikir dewasa. Dewasa berarti bertindak berdasarkan benar dan tidak benar, bukan berdasarkan keinginan. Tahun ini akan menjadi tahun pengabdian, tahun penggemblengan, tahun penempaan, tahun penuh kesabaran.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Hasyr: 18)
http://bobommz.blogspot.com/2011/11/aar-cer-cerpen-11-perjalanan-yang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar