Selasa, 05 Maret 2013

Food, Fashion, and Fun

Umm...di tengah-tengah penantian keluarnya jadwal pendadaran, menjadi baby sitter, dan sok-sokan belajar. :P
Sekedar mengisi post pertama untuk bulan Maret.
Dilihat dari judulnya, saya tidak sedang ngomongin gawzul fikr kok.
Beberapa waktu lalu ada yang sempat membuat saya tertohok.
1. Makanan apa yang selama ini kita makan? Selama ini saya makan asal enak dan kenyang, tanpa memperhatikan segi toyib-nya. Apakah makanan itu sehat? Apakah benar saya butuh makanan itu atau sekedar ingin? Bagaimana jika kita dimintai pertanggungjawaban nanti di akhirat tentang bagaimana kita menjaga tubuh yang dititipkan Allah pada diri masing-masing? 
Rasulullah memperhatikan betul itu apa-apa yang beliau makan dan bagaimana beliau makan. 
2. Bagaimana kita menjaga penampilan? Oke, sudah berjilbab syar'i, insya Allah. Tapi apakah sudah benar-benar indah dan nyaman jika dipandang orang lain? Seseorang pernah berkata pada saya, "Kita ini adalah selebriti. Apa-apa yang ada pada diri kita akan dilihat dan dinilai orang lain. Dari situlah kesan pertama dan stigma orang lain timbul pada diri kita dan orang-orang yang berbusana seperti kita. Kita senang melihat orang yang berpakaian rapih dan indah. Tapi diri sendiri tidak melakukannya. Adil nggak? Bahwa ini juga sebagai sarana dakwah lho menjaga penampilan. Rasulullah selalu memperhatikan penampilannya. Ia juga membelikan baju untuk Aisyah dengan warna yang bermacam-macam. Kita mau meniru Rasulullah bukan? Masih cuek dengan penampilan asal jadi?" Saya pun kemudian berpikir, mungkin inilah mengapa di bursa kerja para manajer memperhatikan betul penampilan para calon karyawannya, bahkan dari maskara, eyeliner, fondation, dll yang dipakai pun diperhatikan betul oleh mereka. Ini adalah gambaran tentang kepribadian seseorang. Mereka yang tidak berpenampilan good-prepared akan dicap sebagai orang yang tidak bisa menghargai orang lain dan cenderung ceroboh dalam pekerjaan. Itulah mengapa juga beberapa ulama menasihatkan untuk meningkatkan citarasa penampilan kita pada objek dakwah. Ini bukan sekedar perkara dandan dan modis. Ya, mungkin beberapa di antara kita masih mengernyitkan dahi saat mendengar kata dandan dan stylish. What? Dandan? Bedakan aja nggak pernah. No, tidak sesempit itu memahaminya. Tabaruj ada sendiri batasannya (ada perbedaan pendapat sih tentang ini, tapi saya lebih memilih yang moderat). Ini lebih menyangkut rasa hormat kita pada orang lain dan bagaimana merawat diri sendiri (misal, kulit wajah). Jika kita bisa berdakwah melalui penampilan mengapa tidak? Rasulullah aja stylish kok... Tidak ada lagi alasan untuk tampil kumal dan seadanya.
3. Apa yang selama ini paling bisa membuatmu bahagia dan merasa enjoy? Jalan-jalan? Nonton film? Karaoke? Shopping? Mengapa bukan mengkaji Al Quran? Mengapa bukan tilawah? Apakah tilawah selama ini masih menjadi suatu targetan harian yang harus dikejar untuk dipenuhi dan bukan merupakan kebutuhan dasar? 
PLAK!
Saya tertampar. Hahaha
Semoga satu per satu tiga hal di atas bisa diperbaiki.

Dear, Islam itu syumul. Islam itu ada untuk membentuk kepribadian yang syumul. Semua perkara harus diperhatikan betul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar