Jumat, 29 Maret 2013

Ross E. Dunn

"Tujuan pendidikan Zaman Pertengahan agama Islam ini harus dipahami, bukan untuk mengajar sang murid berpikir kritis mengenai lingkungan manusia dan lingkungan alamnya atau untuk mendorong batas-batas ilmu pengetahuan di luar batas kemampuan para pendahulu mereka. Pendidikan itu lebih banyak mengalihkan kebenaran-kebenaran spiritual, nilai-nilai akhlak, dan aturan-aturan masyarakat dari masa lampau kepada generasi mendatang, yang bagaimanapun, para Muslim telah menjumpai kesalahannya karena hasil yang mencengangkan mengenai kepercayaan dan peradabannya."
"Sikap sopan, menahan diri, bersahaja, adab, bersih, cara memasak, tata cara makan dan aturan berpakaian, semua itu merupakann bagian dari tata-nilai yang teramat halus dari savoir vivre atau gaya hidup yang menguasai tempat yang teramat penting dalam hubungan-hubungan sosial dan penilaian akhlak. Apa saja yang menyebabkan sifat malu dan menyebabkan sikap jengkel atau perasaan tidak nyaman seseorang dianggap tidak sopan. Seseorang yang bersikap sopan-santun dan halus budi pekertinya ... kelihatan pada perilakunya suatu kombinasi dari sikap, tindakan dan kata-katanya, yang membuat hubungan-hubungannya dengan orang lain serba serasi, akrab dan demikian alamiah, sehingga mereka kelihatannya bertindak ikhlas." (Kenneth Brown, People of Sale: Tradition and Change in a Moroccan City, 1830-1930, Cambridge, Mass, 1976. hlm. 103)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar