Siang ini saya mewakilkan ayah untuk menghadiri undangan
pesta khitanan anak dari seorang ketua partai di suatu daerah. Untuk menghormati
beliau tentu tidak akan saya jelaskan di daerah mana, partai apa dan siapa. Yang
jelas tentu beliau adalah salah seorang yang terpandang di masyarakat sebagai
anggota dewan di suatu kabupaten. Bukan maksud hati ingin menjelek-jelekkan,
tapi saya hendak menyampaikan kritik social yang cukup membuat saya prihatin
dan miris.
Rasanya di masyarakat sudah mulai berkembang tradisi pesta
syukuran khitanan layaknya pesta pernikahan. Undangan pun dibuat dengan begitu
mewah dengan menyertakan foto si anak dan kedua orangtuanya. Yang diundang pun
orang-orang yang dianggap terpandang di masyarakat. Dari kalangan pejabat,
tokoh agama, kepolisian, hingga pengusaha. Saya waktu itu datang sendirian ke
sana. Sebenarnya agak kikuk karena belum pernah menghadiri acara syukuran
khitanan semacam ini. intinya saya hanya ingin menyampaikan amanah ayah berupa “amplop”
yang dimasukkan ke kotak di sebelah buku tamu layaknya sumbangan yang diberikan
untuk keluarga yang sedang ngunduh mantu.
Saya cukup terkejut ketika para petugas among tamu menyambut
selayaknya di pesta pernikahan yang ditata sedemikian rapi dan mewah. Selanjutnya
saya salami pihak keluarga yang duduk di pelaminan. Bapak, ibu, berdiri
menyambut saya selayaknya pengantin. Di tengah mereka duduk anaknya yang telah
dikhitan itu tadi tanpa berdiri ketika saya datang. Mereka mengenakan balutan
pakaian adat dengan riasan yang wah. Kemudian mereka mempersilakan saya
mengambil hidangan pembuka di depan panggung yang telah disediakan. Saya hanya
memilih dua menu dari empat menu yang disajikan beserta the manis hangat
kemudian saya bawa ke tempat duduk di samping panggung.
Hiburan mirip sekali dengan campursari ala pesta pernikahan.
Ya begitulah. Penyanyi wanita yang tampil menor dan aduhai, yang sebenarnya
hanya cocok untuk pesta pernikahan. Bukan syukuran khitanan seperti ini!
lagu-lagu yang disajikan pun lagu-lagu dewasa.
Tidak lama kemudian datang rombongan dari kepolisian dan
lembaga yang dihormati di kabupaten itu. MC pun turut serta menyambut
kedatangan mereka selayaknya menyambut tamu penting. Kemudian meminta ketuanya
untuk memberikan sumbangan lagu karaoke
dengan penyanyi wanita. Anda tahu apa yang dinyanyikan? Lagu Rondo Kepling
tahu? Ya, itu lagu legendaries yang diciptakan oleh seorang maestro cmpursari
dari Gunungkidul yang ditujukan hanya untuk orang dewasa. Tapi kali ini
dinyanyikan di acara syukuran khitanan! Yang seharusnya orang utama yang
dihibur adalah anak kecil yang baru saja dikhitan! Dan itu dinyanyikan sendiri
oleh seorang kepala kepolisian daerah! Dan Anda tahu apa saja canda yang mereka
buat di depan panggung itu dengan menggunakan pengeras suara? Canda yang
seharusnya hanya didengar oleh orang dewasa! Tapi kini diperdengarkan langsung
di hadapan seorang anak kecil malang yang baru saja dikhitan!
Man, itukah moral seorang pejabat yang terhormat?
Saya sampai saat ini belum menemukan dalil yang menganjurkan
mengadakan perayaan untuk seorang anak laki-laki yang telah dikhitan. Apalagi dengan begitu
mewah. Tapi itu adalah tradisi yang baik di masyarakat ketika mengkhitankan
anak laki-laki, mereka mengadakan pesta untuk membuat si anak senang dan tidak
takut dikhitan yang merupakan sunah Rasulullah tercinta. Sunnahnya adalah
khitan. Bukan pesta. Meskipun sah-sah saja, mengadakan syukuran. Tapi saya kira
syukuran yang dilakukan untuk seorang anak laki-laki yang dikhitan adalah
semata-mata untuk menghibur si anak yang sedang sakit dan mendoakannya agar
kelak ketika tumbuh dewasa ia menjadi orang yang benar.
Saya miris ketika tradisi syukuran khitanan itu dicemari
dengan hal-hal yang tidak patut dipertontonkan kepada anak-anak yang baru saja
hendak menjelang kedewasaannya. Apalagi ketika harus mengundang para pejabat
yang tidak bermoral! Yang seharusnya mereka menjadi contoh di masyarakatnya
tapi mempertontonkan salah satu bentuk perusakan moral terhadap anak di bawah
umur tanpa mereka sendiri sadari. Ini sebenarnya yang dihibur itu si anak atau
para tamu undangan? Atau justru yang dirayakan bukan si anak itu, tapi si bapak
yang hendak menghimpun koneksi di kalangan pejabat dan pengusaha? Betapa jijiknya
ketika tradisi yang luhur itu kini dikotori dengan politik tahu kucing! Apalagi
dengan menampilkan ketidakbermoralan pejabat kita. Benar, saya marah untuk ini.
saya marah dalam hati ketika melihat para pejabat yang datang itu dengan
santainya merokok di hadapan umum termasuk di hadapan anak kecil padahal
dirinya adalah dari pihak kepolisian! Kepolisian yang selama ini menggemborkan
untuk menjauhi NARKOBA, mereka sendiri dengan santai melakukan pertunjukan
promosi pada generasi mendatang untuk “mencontohnya” bagaimana “kerennya”
mereka menggunakan rokok sedang jabatannya adalah jabatan tinggi di kepolisian sang
pelindung masyarakat itu! Polisi yang selama ini gembor-gembor menghukum orang
yang tertangkap melakukan pelecehan seksual atau perzinahan, mereka sendiri
tanpa sadar telah mengotori akal anak-anak kecil dengan canda kotor mereka. Di mana
sih otak loe pak?
Saya sendiri juga sangat menyayangkan mengapa seorang ayah
yang merupakan petinggi partai dan anggota dewan terhormat itu mencemari
anaknya sendiri dengan mengundang orang-orang tak bermoral seperti itu di acara
syukuran khitanan anak laki-lakinya yang hendak beranjak dewasa. Anak yang ia
dambakan menjadi generasi unggul meneruskan perjuangan bangsa mulia ini, anak
yang sangat ia sayangi, dan tanpa sadar ia merusaknya sendiri. Rasanya hati
saya menangis perih saat keluar dari tempat itu. Inikah pendidikan moral yang
kalian maksud?
Seharusnya tradisi luhur syukuran khitanan anak itu diisi
dengan acara-acara yang mendidik si anak dan menghibur anak dengan tuntunan. Bukan
dengan acara-acara yang malah menyenangkan hati para pejabat tak bermoral dan
hanya untuk menghimpun kekuatan politik. Saya sendiri tidak yakin apakah para
tamu terhormat itu memberikan doa kepada si anak dengan ikhlas. Hanya Allah
Yang Mengetahui. Yang dikhitan itu sang anak kan, bukan orang tuanya. Tapi ini
cenderung lebih merayakan si orang tuanya.
Ini hanya kritik social, semoga menjadi perenungan kita
bersama. Ayolah, berikan hiburan yang menjadi tuntunan. Bukan yang tak bermoral
seperti itu. Juga kepada para pejabat yang terhormat, mohon hormati diri kalian
dengan memberikan contoh moral yang baik bagi masyarakat terutama generasi
muda. Saya tidak akan menghina kelompok kesenian daerah seperti itu, saya
sendiri orang yang menghargai kesedian tradisional. Tapi jika isinya adalah
lagu-lagu dewasa, mohon dengan sangat lihat-lihat tempatnya. Akan lebih baik
jika lagu-lagu yang diproduksi adalah lagu-lagu yang mendidik. Bukan lagu-lagu
yang menceritakan hubungan suami-istri. Apalagi di acara khitanan! Man, gue
nggak habis pikir ini…
Pejabat lembaga penegak moral itu sudah saatnya memberikan
contoh moral yang baik pada masyarakat. Jika begini terus, bagaimana kami bisa
terus-terusan memaksakan kepercayaan kami pada kalian? Kami muak pak! Plis,
tolong jangan diulangi lagi yang seperti ini!
Ataukah memang negeri ini sudah sedemikian banyak orang bedebah?!
Puisi Negeri Para Bedebah
Karya: Adhie Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan
Karya: Adhie Massardi
Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala
Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya
Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar